Jokowi Presiden Indonesia Ke

Jokowi Berasal Dari Keluarga Sederhana

Presiden Joko Widodo. Sumber: wikipedia

Joko Widodo lahir di Rumah Sakit Minulyo pada tanggal 21 Juni 1961, ia mempunyai ayah yang bernama Noto Mihardjo dan Ibu yang bernama Sujiatmi. Jokowi merupakan anak pertama atau sulung dan mempunyai tiga orang adik perempuan, yaitu Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Relawati.

Ayah Jokowi bekerja sebagai penjual kayu dan bambu di sekitar bantaran kali Karanganyar, Solo sehingga bisa dikatakan kehidupan Jokowi itu jauh sekali dari kata mewah.

Keluarga Jokowi bisa dikatakan sebagai keluarga yang kurang mampu khususnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti mengalami kesulitan dalam membayar uang sekolah, kesulitan mencari makan, dan beberapa kesulitan-kesulitan lainnya.

Untuk membantu meringankan beban keluarganya, Jokowi membantu ayahnya yang bekerja sebagai tukang kayu, bahkan terkadang setelah pulang sekolah, ia membantu ayahnya untuk menagih pembayaran kepada pelanggan yang sudah membeli kayu dan membantu menaikkan kayu yang sudah dibeli oleh pelanggannya ke atas becak atau gerobak.

Jokowi menikah Ibu Iriana pada tahun 1986. Dari pernikahan itu Jokowi melahirkan tiga orang anak yang terdiri dari dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Anak pertama diberi nama Gibran Rakabuming Raka, anak kedua diberi nama Kahiyang Ayu, dan anak ketiga diberi nama Kaesang Pangarep.

Saat ini, Jokowi sudah mempunyai empat orang cucu, dua cucu dari anak pertamanya dan dua cucu lagi dari anak keduanya. Pernikahan antara Gibran Rakabuming Raka dan Selvi Ananda memberikan satu cucu laki-laki yang bernama Jan Ethes Srinarendra dan satu cucu perempuan yang bernama La Lembah Mana.

Sementara itu, pernikahan antara Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution memberikan satu cucu perempuan yang bernama Sedah Mirah Nasution dan satu cucu laki-laki yang bernama Al Nahyan Nasution.

Semasa kecil, Jokowi banyak menghabiskan waktunya di kali Karanganyar. Banyak sekali aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Jokowi baik itu sendiri ataupun bersama teman-temannya.

Aktivitas yang dilakukan, seperti mandi di sungai, mencari telur bebek, memancing ikan, bermain, dan masih banyak lagi. Meskipun senang bermain atau melakukan aktivitas bersama teman-temannya, tetapi ia tidak lupa dengan kewajibannya, yaitu belajar. Jokowi sangat pandai dalam mengatur waktunya, kapan harus bermain dan kapan harus belajar.

Aktivitas Jokowi saat masih kecil tidak hanya seputar bermain dan belajar, tetapi ia juga melakukan aktivitas mengaji. Bukan hanya aktivitas belajar, bermain, dan mengaji saja yang dilakukan oleh Jokowi, tetapi ia juga melakukan aktivitas membantu ayahnya berjualan kayu atau membantu ibunya mengurusi rumah dan adik-adiknya.

Masa kecil Jokowi bisa dikatakan cukup sulit dan keras. Hal ini dikarenakan keluarga Jokowi pernah berpindah rumah-rumah karena beberapa kali rumahnya terkena penggusuran sehingga ia dan keluarga menumpang untuk sementara waktu di rumah seorang teman di daerah Gondang.

Jokowi beranggapan bahwa pengalaman masa kecil yang kurang menyenangkan bukan merupakan sebuah penderitaan. Hal itu dikarenakan, ia merasa bahwa semua hal-hal yang kurang menyenangkan di masa lalu merupakan cara Tuhan untuk membangun dan membentuk karakter dirinya di masa yang akan datang.

Pendidikan Jokowi dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 111 Tirtoyoso. Sekolah ini juga dikenal sebagai lembaga pendidikan yang ditujukan kepada masyarakat kalangan menengah ke bawah. Sekolah ini berada di daerah Banjarsari, Solo.

Sejak menempuh pendidikan Sekolah Dasar inilah Jokowi sudah mulai aktif membantu meringankan biaya hidup keluarganya dengan mencari uang jajan sendiri. Hal-hal yang dilakukan seperti menjadi kuli panggul, berjualan, dan ojek payung.

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Surakarta menjadi lembaga pendidikan menengah yang dipilih oleh Jokowi setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 03 Tirtoyoso. Sekolah ini berada di Jalan MT Haryono 4, Surakarta.

Setelah lulus dari pendidikan menengah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Surakarta, Jokowi ingin melanjutkan pendidikan menengah atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Surakarta, tetapi setelah melakukan usaha dengan maksimal, Jokowi gagal masuk ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Surakarta dan memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Surakarta.

Setelah selesai dengan pendidikan menengah atasnya, Jokowi melanjutkan pendidikannya ke Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ketika menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada, Jokowi memilih fakultas kehutanan dengan jurusan teknologi kayu. Di kampus, ia belajar lebih dalam tentang kayu, mulai dari pemanfaatan kayu, struktur kayu hingga teknologi kayu.

Jokowi mengambil bidang studi teknologi kayu dikarenakan ia sudah sangat erat dengan dunia “perkayuan” sejak kecil. Jokowi lulus dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1985 dengan judul skripsi “Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta”.

Selain tercatat sebagai mahasiswa, Jokowi juga tercatat sebagai anggota “Mapala Silvagama”. “Mapala Silvagama” merupakan organisasi yang bersifat semi otonom yang berada di Universitas Gadjah Mada.

Jokowi Mewujudkan Mimpi Indonesia (Sc)

Jokowi Pernah Menjadi Pengusaha Mebel

Setelah lulus dari perguruan tinggi, Jokowi bekerja di sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT Kertas Kraft Aceh serta diberikan tugas di area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Namun, Jokowi bekerja di PT Kertas Kraft Aceh tidak begitu lama dan mengambil keputusan untuk kembali lagi ke kampung halamannya.

Sesampainya di kampung halaman, Jokowi mempunyai keinginan atau tekad untuk melakukan bisnis di bidang perkayuan. Bisnis di bidang kayu ini dimulai dari perusahaan pamannya, yang bernama CV Roda Jati.

Hingga pada tahun 1988, ia memberanikan diri untuk membuat bisnis di bidang kayu milik sendiri. Nama usaha yang diberikan Jokowi untuk usaha kayunya adalah CV Rakabu, nama itu diambil dari anak pertamanya yang bernama Gibran Rakabuming Raka.

Jokowi memulai usahanya dengan modal hutang. Untuk mendapatkan modal usahanya, Jokowi menjaminkan sertifikat tanah milik orang tuanya kepada Bank supaya memperoleh pinjaman dari Bank.

Pilihan dan keputusan yang diambil oleh Jokowi bisa dikatakan cukup berani karena jika usaha kayunya gagal maka sertifikat itu tidak bisa dikembalikan. Namun, karena kegigihan, kerja keras, dan rasa optimis yang dimiliki oleh Jokowi membuat usahanya berhasil dibangun dan bertahan hingga saat ini.

Setelah mendapatkan modal usaha, Jokowi memulai bisnis mebelnya dengan menyewa sebuah tempat yang cukup sederhana, yaitu sebuah tempat yang terbuat dari anyaman bambu. Saat baru-baru memulai bisnisnya, Jokowi dibantu dengan tiga orang tenaga mengolah kayu, membuat konstruksi hingga mengecat mebel.

Tekad kuat yang dimiliki oleh Jokowi membuat ia bekerja lebih giat dan bekerja dari pagi hingga pagi. Dengan kata lain, waktu yang dihabiskan Jokowi dalam bekerja melebihi jam-jam kerja pada umumnya.

Terkadang, ia sampai tidur di pabrik hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dengan kerja kerasnya itu maka mebel Jokowi mulai memperlihatkan hasil yang cukup maju atau ada kemajuan dalam bisnis mebelnya. Kemajuan yang terjadi pada bisnis mebel Jokowi terjadi setelah tiga tahun berjuang dan bekerja keras mengembangkan bisnis mebel ini.

Ketika awal-awal memulai karir sebagai eksportir mebel, Jokowi sudah mulai aktif mengikuti pameran-pameran mebel yang diselenggarakan mulai dari Singapura, Timur Tengah, Eropa, hingga ke Amerika. Pameran pertama kali yang diikuti oleh Jokowi merupakan pameran yang diselenggarakan di Jakarta.

Pengalaman Jokowi dalam karir politik bisa dikatakan berbeda jauh dengan karirnya dalam dunia bisnis mebel. Jokowi sudah memiliki pengalaman dalam bisnis mebel selama 23 tahun. Sedangkan dalam dunia politik, Jokowi bisa dikatakan belum mempunyai banyak pengalaman.

Awal karir politik Jokowi dimulai pada tahun 1998 dengan mengikuti dunia politik praktis dan partai yang dipilihnya adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri. Partai ini menjadi kendaraan politik Jokowi, mulai dari menjadi Walikota Solo hingga menjadi Presiden Republik Indonesia.

Menjadi Walikota Solo

Pada tahun 2005 diadakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Walikota Solo. Jokowi menjadi calon Walikota Solo dengan pasangan FX Hadi Rudyatmo. Kedua calon itu diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Dari pemilihan itu Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo mendapatkan perolehan suara sebanyak 36,62% dan memenangkan Pilkada tersebut.

Dalam kepemimpinannya, Jokowi dapat membuat kota Solo tertata lebih rapi, bahkan kota Solo menjadi salah satu bahan kajian di Universitas dalam dan luar negeri.

Bukan hanya itu, pada masa kepemimpinannya, Jokowi juga memperkenalkan bus Batik Solo Trans dan menjadikan kota Solo sebagai tuan rumah beberapa acara internasional.

Pada tanggal 26 April 2010, Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo menjadi Walikota dan Wakil Walikota Solo sebagai calon petahana. Pada saat itu, perolehan suara yang didapat oleh Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo bisa dikatakan cukup mengejutkan karena mereka mendapatkan suara sebanyak 90,09%.

Perolehan suara yang didapatkan oleh mereka hampir saja memecahkan rekor MURI. Dalam rekor MURI, perolehan suara terbanyak diperoleh pasangan Herman Sutrisno dan Akhmad Dimyati, sebagai Walikota Banjar yang dimana mereka juga merupakan pasangan petahana dan suara yang diperoleh sebanyak 92,19% di tahun 2008.

Menjadi Walikota Solo

Pada tahun 2005 diadakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Walikota Solo. Jokowi menjadi calon Walikota Solo dengan pasangan FX Hadi Rudyatmo. Kedua calon itu diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Dari pemilihan itu Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo mendapatkan perolehan suara sebanyak 36,62% dan memenangkan Pilkada tersebut.

Dalam kepemimpinannya, Jokowi dapat membuat kota Solo tertata lebih rapi, bahkan kota Solo menjadi salah satu bahan kajian di Universitas dalam dan luar negeri.

Bukan hanya itu, pada masa kepemimpinannya, Jokowi juga memperkenalkan bus Batik Solo Trans dan menjadikan kota Solo sebagai tuan rumah beberapa acara internasional.

Pada tanggal 26 April 2010, Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo menjadi Walikota dan Wakil Walikota Solo sebagai calon petahana. Pada saat itu, perolehan suara yang didapat oleh Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo bisa dikatakan cukup mengejutkan karena mereka mendapatkan suara sebanyak 90,09%.

Perolehan suara yang didapatkan oleh mereka hampir saja memecahkan rekor MURI. Dalam rekor MURI, perolehan suara terbanyak diperoleh pasangan Herman Sutrisno dan Akhmad Dimyati, sebagai Walikota Banjar yang dimana mereka juga merupakan pasangan petahana dan suara yang diperoleh sebanyak 92,19% di tahun 2008.

Menjadi Gubernur DKI Jakarta

Setelah sukses menjadi Walikota Solo, Jokowi melanjutkan karir politiknya dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Awalnya Jokowi ragu untuk mengikuti pemilihan Gubernur, tetapi ia diyakinkan oleh pemimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yaitu Megawati Soekarnoputri.

Pada saat itu, Jokowi membutuhkan 9 kursi lagi untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta sehingga pemimpin Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) melakukan lobi politik dengan partai PDI-P. Setelah melakukan lobi politik maka partai Gerindra memberikan calon wakil Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama.

Pada saat itu, lebih tepatnya tahun 2012 Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama merupakan pasangan yang tidak diunggulkan. Hal itu dikarenakan mereka harus berhadapan dengan calon petahana yaitu Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.

Namun, pada akhirnya pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama berhasil mengalahkan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli dan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Adapun beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Jokowi saat memimpin Jakarta, seperti kampung deret, Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP).

Menjadi Gubernur DKI Jakarta

Setelah sukses menjadi Walikota Solo, Jokowi melanjutkan karir politiknya dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Awalnya Jokowi ragu untuk mengikuti pemilihan Gubernur, tetapi ia diyakinkan oleh pemimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yaitu Megawati Soekarnoputri.

Pada saat itu, Jokowi membutuhkan 9 kursi lagi untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta sehingga pemimpin Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) melakukan lobi politik dengan partai PDI-P. Setelah melakukan lobi politik maka partai Gerindra memberikan calon wakil Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama.

Pada saat itu, lebih tepatnya tahun 2012 Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama merupakan pasangan yang tidak diunggulkan. Hal itu dikarenakan mereka harus berhadapan dengan calon petahana yaitu Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.

Namun, pada akhirnya pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama berhasil mengalahkan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli dan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Adapun beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Jokowi saat memimpin Jakarta, seperti kampung deret, Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP).

Menjadi Gubernur DKI Jakarta

Setelah sukses menjadi Walikota Solo, Jokowi melanjutkan karir politiknya dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Awalnya Jokowi ragu untuk mengikuti pemilihan Gubernur, tetapi ia diyakinkan oleh pemimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yaitu Megawati Soekarnoputri.

Pada saat itu, Jokowi membutuhkan 9 kursi lagi untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta sehingga pemimpin Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) melakukan lobi politik dengan partai PDI-P. Setelah melakukan lobi politik maka partai Gerindra memberikan calon wakil Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama.

Pada saat itu, lebih tepatnya tahun 2012 Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama merupakan pasangan yang tidak diunggulkan. Hal itu dikarenakan mereka harus berhadapan dengan calon petahana yaitu Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.

Namun, pada akhirnya pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama berhasil mengalahkan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli dan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Adapun beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Jokowi saat memimpin Jakarta, seperti kampung deret, Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP).

Menjadi Presiden Republik Indonesia

Setelah beberapa tahun menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi dipercaya oleh partainya untuk melanjutkan karir politiknya menjadi calon Presiden Republik Indonesia. Tahun 2014 merupakan tahun terjadinya Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden Republik Indonesia. Pada tahun itu Jokowi dan Jusuf Kalla menjadi calon Presiden dan calon Wakil Presiden untuk pemilu 2014.

Setelah proses perhitungan suara sudah selesai dilakukan maka dinyatakan bahwa pasangan Jokowi mendapatkan suara sebanyak 53,15%. Adapun beberapa kebijakan yang dibuat oleh Joko Widodo saat menjadi Presiden, seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan lain-lain.

Pada pemilu umum berikutnya, Jokowi mencalonkan diri sebagai petahana dengan pasangan yang berbeda, yaitu KH. Ma’ruf Amin. Pada pemilihan ini, Joko Widodo bertanding dengan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dan pasangan Joko Widodo berhasil memenangkan pemilu ini dengan mendapatkan perolehan suara sebesar 55,50%.

Menjadi Gubernur DKI Jakarta

Setelah sukses menjadi Walikota Solo, Jokowi melanjutkan karir politiknya dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Awalnya Jokowi ragu untuk mengikuti pemilihan Gubernur, tetapi ia diyakinkan oleh pemimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yaitu Megawati Soekarnoputri.

Pada saat itu, Jokowi membutuhkan 9 kursi lagi untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta sehingga pemimpin Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) melakukan lobi politik dengan partai PDI-P. Setelah melakukan lobi politik maka partai Gerindra memberikan calon wakil Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama.

Pada saat itu, lebih tepatnya tahun 2012 Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama merupakan pasangan yang tidak diunggulkan. Hal itu dikarenakan mereka harus berhadapan dengan calon petahana yaitu Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.

Namun, pada akhirnya pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama berhasil mengalahkan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli dan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Adapun beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Jokowi saat memimpin Jakarta, seperti kampung deret, Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP).

Menjadi Walikota Solo

Pada tahun 2005 diadakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Walikota Solo. Jokowi menjadi calon Walikota Solo dengan pasangan FX Hadi Rudyatmo. Kedua calon itu diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Dari pemilihan itu Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo mendapatkan perolehan suara sebanyak 36,62% dan memenangkan Pilkada tersebut.

Dalam kepemimpinannya, Jokowi dapat membuat kota Solo tertata lebih rapi, bahkan kota Solo menjadi salah satu bahan kajian di Universitas dalam dan luar negeri.

Bukan hanya itu, pada masa kepemimpinannya, Jokowi juga memperkenalkan bus Batik Solo Trans dan menjadikan kota Solo sebagai tuan rumah beberapa acara internasional.

Pada tanggal 26 April 2010, Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo menjadi Walikota dan Wakil Walikota Solo sebagai calon petahana. Pada saat itu, perolehan suara yang didapat oleh Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo bisa dikatakan cukup mengejutkan karena mereka mendapatkan suara sebanyak 90,09%.

Perolehan suara yang didapatkan oleh mereka hampir saja memecahkan rekor MURI. Dalam rekor MURI, perolehan suara terbanyak diperoleh pasangan Herman Sutrisno dan Akhmad Dimyati, sebagai Walikota Banjar yang dimana mereka juga merupakan pasangan petahana dan suara yang diperoleh sebanyak 92,19% di tahun 2008.